Mengukur Keausan Blok Silinder Mesin



Blok Silinder merupakan komponen utama pada mesin , yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi mekanik. Untuk dapat menghasilkan proses tersebut maka Blok Sinder harus bisa menghasilkan tekanan kompresi yang baik, untuk itu permukaan Blok Silinder harus betul-betul rata .
Pada kegiatan dibengkel sering kali melakukan pemeriksaan dibagian  lubang silinder hanya dengan dilihat atau diraba ( secara visual) hal ini tentunya belum bisa mendapatkan hasil pemeriksaan yang pasti.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang benar dan hasilnya bisa lebih akurat maka diperlukan teknik yang benar.

Ada beberapa langkah kerja dalam melakukan pemeriksaan  lubang Blok Sinder diantaranya :
1.      Setelah Blok silinder dilepas dari komponen mesin lainya bersihkan seluruh bagian Blok Silinder tersebut
2.      Siapkan alat pengukur seperti ; 

  •       Mistar Sorong ( Vernier Caliper ), 
  •       Mikro meter luar ( Outside micrometer ),
  •       Cylinder Gouge
Kegiatan pemeriksaan :


1.Gunakan jangka sorong untuk mengukur diameter dalam pada blok silinder , misalnya diperoleh hasil      pengukuran 80,40 mm.
2.      Gunakan mikrometer dan setel pada ukuran 80,40 mm.
3.       Selanjutnya tentukan replacement rod dan replacement washer pada silinder bore gauge. Karena hasil pengukuran adalah 80,40 dan angka dibelakang koma < 0,50 maka pembulatan kebawah menjadi 80 mm , sehingga memilih replacement rod 80 mm tanpa menggunakan replacement washer.
Catatan :
Jika diperoleh ukuran missal 80,60 mm maka angka dibelakang koma > 0,50 mm sehingga pembulatan ke atas menjadi 81 mm. sehingga memilih ukuran replacement rod 80 mm dan replacement washer 1 mm. 

4.       Cara memasukkan replacement rod dan replacement washer adalah pertama lepas replacement rod set screw lalu masukkan replacement rod dan replacement washer (jika menggunakan replacement washer). Kemudian kencangkan replacement rod set screw kembali.
5.      Selanjutnya adalah mengkalibrasi Silinder Bore Gauge dengan mikrometer yang telah di stel ukuran 80,40 mm. Caranya adalah pertama kendorkan pengunci outer ring pada dial indicator , kedua masukkan dial indicator ke dalam rahang mikrometer dengan replacement rod terlebih dahulu, ketiga stel angka nol pada dial gauge tepat pada jarum panjang dengan memutar outer ring, keempat kunci kembali pengunci outer ring. Silinder bore gauge siap digunakan.
6.      Masukkan replacement rod pada blok silinder terlebih dahulu lalu dengan measuring point (Jangan memasukkan measuring point terlebih dahulu karena akan meninggalkan goresan pada blok silinder).
7.      Goyangkan ke kanan dan kekiri sampai tercapai angka pengukuran terbesar. Jika jarum panjang berhenti sebelum angka nol maka hasil pengukuran ditambah dengan 0,01 * jumlah strip sebelum nol. Misal jarum berhenti 15 strip sebelum nol maka hasil pengukuran = 80,40 + (0,01 * 15) = 80,40 + 0,15 = 80,55 mm.
Catatan ;
Jika berhenti setelah angka nol berarrti hasil pengukuran dikurangi dengan 0,01 * jumlah strip setelah nol. Misal jarum berhenti 5 strip setelah nol maka hasil pengukuran = 80,40 – (0,01 *5) = 80,40 – 0,05 = 80,35 mm
8.       Tiap blok silinder ukur pada titik X dan Y pada tiga posisi yaitu posisi atas X1 dan Y1 , posisi tengah X2 dan Y2 dan posisi bawah X3 dan Y3
9.      Lalu masukkan hasil pengukuran pada table berikut :
 

 
10.      lakukan pengolahan data
a.       menentukan ketirusan lubang silinder blok
ketirusan = selisih pengukuran X1, X2 dan X3
                   selisih pengukuran Y1, Y2 dan Y3
b.      menentukan keovalan lubang silinder blok
keovalan = selisih pengukuran X1 dengan Y1
           selisih pengukuran X2 dengan Y2
            selisih pengukuran X3 dengan Y3
 

. 11. Dari data diatas ambil keovalan paling besar dan ketirusan paling besar untuk menentukan pengerjaan akhir (oversize)
Contoh :
Ketirusan Maksimal : 0,09 mm
Keovalan Maksimal : 0,11 mm
Keausan Maksimal  : . . . . . . . . (Selisih diameter silinder STD dengan hasil pengukuran terbesar)

12. Kesimpulan

Jika pengukuran keausan maksimal < 0,25 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize 0,25 mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,25 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize 0,50 mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,50  mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize 0,75 mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,75 mm maka pengerjaan lanjutan adalah oversize 1,00 mm





0 comments: